KURSI DI ATAS DAUN


KURSI DI ATAS DAUN

                                                            untuk m. anis
pada daun disiapkan tenaga demi hari esok yang tak ditahu. pada daun api dan air bersekutu menetaskan magma, asap yang mengepul dari cerobong. lihat, punggungnya berkilat. aku pun teringat pada rakyat. energi yang tak kunjung tamat

bertong-tong energi diusung ke segala penjuru tubuh, ke akar, ranting, kelopak, dan bakal buah. bertong-tong energi diusung di bawah matahari, dihalau angin kering. matanya tak pernah menyerah, meski selalu menunduk melukis warna tanah

adalah daun, lemah dan robek begitu mudah. bisa saja seekor ulat memangkas seinci demi seinci, menyisakan ruang bolong di tepi-tepi, energi cinta tetap berdaya, memasak dan mengalirkan kata-kata bijak dan kerja ke segenap mata angin

ketika sebuah kursi menapak di atas daun, angkuh dan perkasa menyergap biru angkasa. sepi yang meruang melahirkan bidang magis yang senantiasa diperebutkan. adalah angin. adalah hujan. adalah duri. entah, sejak kapan tiba-tiba bersekutu melawanmu

kursi diperebutkan atas nama daun. atas nama daun yang bolong di tepi-tepi. kursi yang angkuh dan perkasa tak terlihat lagi kayunya. ia telah menjelma kata-kata abstrak yang memenuhi seluruh sudut jantung tempat darah dipompa ke ujung-ujung jasirah. ia telah menjadi sepotong mimpi yang hadir pada tidur panjang

kursi yang diam-diam meninggalkan bantaran daun ketika dunia telah sepenuhnya diisi mimpi. atau candu. atau morfin. atau sabu-sabu. kenyataan dan halusinasi tak lagi berbatas pasti. berjalan di ambang sadar, berjalan di atas tali rotan di ketinggian 1000 meter. terjatuh atau terbang, ah, apa bedanya

dan daun tetap sediakala. menatap warna tanah. tak kan pernah menyerah

                                                         seoul, 24 juli 2014

di Petite France

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERLATIH MENULIS CERPEN

Hakikat Cerpen 3 Paragraf

Peradaban dan Ekologi Sungai dalam Puisi