Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

BERLATIH MENULIS CERPEN

Gambar
BERLATIH MENULIS CERPEN Oleh Tengsoe Tjahjono Saat saya ditawari untuk memberikan pelatihan menulis cerpen yang saya tanyakan lebih dahulu siapa pesertanya. Guru-guru SMA. Berdasarkan jawaban itu muncul dua masalah dalam diri saya: Pelatihan ini untuk membekali guru agar mampu menulis cerpen atau membekali guru agar mampu mengajarkan perihal menulis cerpen untuk para anak didik mereka. Atau justru untuk kedua-duanya. Lalu saya berpikir lagi: Mana mungkin seseorang mampu mengajarkan menulis cerpen jika ia tidak memiliki pengalaman menulis cerpen. Berdasarkan hal tersebut maka pelatihan ini saya susun sebagaimana seorang guru yang sedang mengajarkan menulis cerpen kepada siswanya. Pengalaman dalam pelatihan kali ini dapat diterapkan di sekolah kelak. A.       Mengenali unsur-unsur cerpen Cerpen atau cerita pendek merupakan jenis tulisan narasi fiktif. Kata “pendek” menyangkut beberapa hal: panjang tulisan terbatas, jumlah tokoh terbatas, alur hanya mengangkat hal-hal k

Cerita Orang-Orang Tercinta

Gambar
CERITA ORANG-ORANG TERCINTA Oleh Tengsoe Tjahjono Ketika saya bertemu dengan antologi puisi Waktu Berjatuhan Seperti Daun-daun karya Fidelis R. Situmorang, saya mau tak mau harus berhenti sejenak pada judul antologi ini. Bagi saya judul ini pun sudah puisi. Personifikasi waktu dan pilihan bunyi yang mengantarkan pembaca kepada irama tertentu, serta amanat yang dikandung di dalamnya, memenuhi syarat bahwa judul ini sudah dapat digolongkan sebagai puisi. Pada umumnya waktu selalu diberi predikasi berjalan , berlari , atau mengejar . Namun, kali ini Fidelis memberi predikasi waktu dengan verba berjatuhan . Tentu hal ini menjadi sangat berbeda. Dengan predikasi berjatuhan , waktu menjadi sesuatu yang tidak berdaya, dia digerakkan oleh sesuatu yang lain, bisa jadi Tuhan. Waktu pun tidak abadi. Pada saatnya dia akan gugur, jatuh bagai daun. Tentu dalam konteks ini waktu pun merupakan pernyataan metaforis. Waktu bisa saja memiliki referensi rentang masa hidup manusia. Tak ada usia
Gambar
Tengsoe Tjahjono: 15 Pengalaman Pemula Belajar Menulis Puisi Puisi menjadi jalan efektif untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan akan suatu hal, peristiwa, pengalaman, atau keadaan tertentu. Puisi yang cenderung ‘monolog’ membuat setiap orang bisa secara cepat memberikan komentar, kesan, atau tanggapan atas hal atau sesuatu yang dijumpainya. Tak harus menjadi penyair jika ingin menulis puisi. Siapa pun boleh menulis puisi. Predikat penyair sebenarnya merupakan bentuk penghargaan pembaca atas puisi yang kita tulis. Maka, tulislah puisi, ciptakan pula pembaca dengan cara mempublikasikan karya Anda. Ruang publik puisi sangat luas, bukan hanya koran atau buku. Anda bisa memakai media online, entah itu website, media sosial, atau lainnya. Sebenarnya tidak ada tips menulis puisi karena menulis puisi itu sebenarnya sangat personal, masing-masing memiliki gaya dan cara sendiri. Dalam tulisan pendek berikut ini saya hanya akan berbagi pengalaman bagaimana saya menulis puisi. Semoga