Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Kesunyian Mouna dalam Rupa dan Kata

Gambar
KESUNYIAN MOUNA DALAM RUPA DAN KATA Tengsoe Tjahjono Nyamuk yang terpasung Pada ranting kering pohon perdu Sebentar lagi redup dan menutup Tak perlu kautunggu /1/ Mouna Be sebenarnya lebih dikenal sebagai perupa. Sejak 1996 ia sudah banyak terlibat dalam berbagai pameran. Lukisan Mouna cenderung murung dan sepi. Sebatang pohon dengan beberapa ranting dengan latar langit yang polos tanpa awan sebiji pun. Pohon yang berdiri di tepi kanvas, seakan disingkirkan dari bentang semesta. Seeko rkupu-kupu yang menancap sendiri di sebuah pohon, sementara di langit terlihat kupu-kupu lain terbang menjauh. Ia seakan sengaja ditinggalkan. Tema-tema sendiri dan sepi itu semakin diperkuat oleh pilihan warna yang sengaja dimiskinkan. Tidak banyak warna dipakai oleh Mouna untuk mengungkapkan gejolak batinnya. Paling banyak ada 3 warna dasar hadir pada setiap lukisannya. Sungguh, penikmat diajak untuk memasuki suasana batin, daripada disibukkan oleh suasana fisik atau raga. Lukis

Puisi tentang Korea karya Tengsoe Tjahjono

Gambar
Tengsoe Tjahjono PINTU Kukenal kamu sebagai pintu. Kukenali karena bentukmu. Melewatimu harus menunduk, bayang-bayang separoh badan Hanya debu, hanya debulah aku  Lalu kamu ajak aku bersila pada dataran papan hangat. Energi mengalir dari batin ditumbuk dalam lesung yang tersedia di sudut “Bukankah kelembutan itu sebuah pintu abadi?” Pintu lain dari gerbangmu  tak ada yang bisa mengekalkan buka atau tutup salammu selalu bersambut dalam bayang separoh tubuh                                                                                                 Seoul, 30 Maret 2014 Tengsoe Tjahjono MELINGKARI DANAU SEOKCHON Sebagai danau kau sediakan aku pohon-pohon sakura dan jalan setapak Guguran kelopak sewarna tanah tak kan bisa mencatat kekal Orang-orang lalu-lalang di benak,  bercium dan berteriak Kecipak danau mengundang mimpi. Perahu-perahu kecil Segelas kopi pahit di kafe seberang 4000 langkah sudah. Bahkan lebih. Tak dijumpainya

Kamu Wakilku, Maka Layani Aku

Gambar
Kamu Wakilku, Maka Layani Aku Tengsoe Tjahjono Memo Penyair dimaksudkan sebagai catatan, pesan, saran, ajakan, atau bisa jadi kritik penyair terhadap kerja para penyelenggara negara dan pelayan publik manakala terlihat terjadi penyimpangan atau tidak mengabdi pada kepentingan besar rakyat. Pada tahun 2014 Memo Penyair menerbitkan antologi puisi Memo untuk Presiden . Antologi tersebut dimaksudkan untuk memberikan masukan dan pesan kepada presiden mengenai hal-hal yang mesti diperhatikan dan dieksekusi selama yang bersangkutan berada dalam pemerintahan. Bahkan, puisi tersebut diharapkan bisa menjadi pengawal dan pengawas secara batin dan nurani segala kebijakan pemerintah. Pada tahun 2015 ini Memo Penyair juga menerbitkan antologi puisi Memo untuk Wakil Rakyat . Bukan tanpa alasan jika para penyair bersekutu melalui jalan puisi untuk selalu mengingatkan wakil rakyat dalam menjalankan fungsi legislasinya. Bukankah beberapa legislator mulai memperlihatkan perilaku yang t